Berita Terkini! Israel di Gaza: Bolivia Mengakhiri Hubungan Diplomatik dengan Israel, Sambil Kolombia dan Cile Menarik Duta Besar Pada 1 November 2023

israel di gaza

israel di gaza

Masalah Israel di Gaza – Pemerintah Bolivia baru-baru ini mengumumkan pengakhiran hubungan diplomatik dengan Israel sebagai reaksi terhadap tindakan militer Israel di Gaza yang dianggapnya sebagai tindakan “agresif dan tidak proporsional.” Freddy Mamani, Wakil Menteri Luar Negeri Bolivia, menekankan pentingnya gencatan senjata dan komitmen negaranya untuk memberikan bantuan kemanusiaan kepada Jalur Gaza yang tengah dikepung oleh Israel.

Keputusan ini menjadikan Bolivia sebagai negara Amerika Latin pertama yang secara resmi mengakhiri hubungan diplomatik dengan Israel sebagai bentuk protes terhadap tindakan militer Israel di Jalur Gaza. Ini bukan kali pertama Bolivia mengambil langkah ini; pada tahun 2009, di bawah kepemimpinan Presiden Evo Morales, negara ini sudah pernah melakukan tindakan serupa sebagai ekspresi protes terhadap tindakan Israel di Gaza. Hubungan diplomatik baru saja dipulihkan antara Bolivia dan Israel pada tahun 2019.

Menurut sumber-sumber resmi dari pemerintah Israel, saat ini sudah ada 29 negara yang tidak menjalin hubungan diplomatik dengan Israel. Dengan pengumuman Bolivia ini, jumlah negara yang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel kini bertambah menjadi 30 negara. Selain Bolivia, beberapa negara lain yang termasuk dalam daftar ini meliputi Indonesia, Brunei, Malaysia, Iran, Pakistan, Arab Saudi, dan Qatar.

Presiden Kolombia dan Brasil Mengomentari Tindakan Israel di Gaza

Presiden Kolombia, Gustavo Petro, mengeluarkan kritik terhadap tindakan Israel di Gaza dengan meminta duta besar Israel untuk meninggalkan negaranya. Namun, kemudian ia menarik kembali komentarnya.

Sementara itu, Presiden Brasil, Luiz InĂ¡cio Lula da Silva, telah mendesak adanya gencatan senjata di wilayah Gaza. Lula juga memberikan komentar melalui media sosial setelah terjadi laporan serangan udara terbaru oleh Israel di Gaza. Dia menyatakan, “Kami melihat, untuk pertama kalinya, sebuah perang yang mayoritas korbannya adalah anak-anak… Hentikan! Demi Tuhan, hentikan!”

Menurut data yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan yang dikelola oleh Hamas, mayoritas dari 8.500 korban tewas akibat serangan Israel di Gaza adalah orang dewasa. Namun, ada sekitar 3.500 anak-anak yang menjadi korban.

Konflik antara Israel dan Hamas telah berlangsung sejak serangan Hamas ke Israel pada tanggal 7 Oktober yang telah menewaskan sekitar 1.400 orang dan menyebabkan sedikitnya 239 orang disandera.

Freddy Mamani, Wakil Menteri Luar Negeri Bolivia, menyatakan bahwa keputusan pemerintah Bolivia untuk mengakhiri hubungan diplomatik dengan Israel adalah sebagai bentuk penolakan dan kecaman atas serangan militer Israel yang dianggap agresif dan tidak proporsional di Jalur Gaza. Ia juga mengajukan seruan untuk gencatan senjata dan menginginkan pengakhiran blokade Israel yang menghambat masuknya makanan, air, dan elemen penting lainnya bagi kehidupan penduduk Gaza.

Amerika Serikat telah mengumumkan pengiriman 66 truk bantuan ke Gaza pada hari Selasa (31/10), meskipun beberapa lembaga amal telah memperingatkan bahwa bantuan tersebut mungkin tidak mencukupi. Menurut Komisaris Jenderal lembaga bantuan PBB (UNRWA), Philippe Lazzarini, sekitar 500 truk per hari biasanya memasuki Gaza sebelum terjadinya konflik antara Israel dan Hamas.

Hamas Mengapresiasi Langkah Bolivia dalam Memutus Hubungan Diplomatik

Hamas memberikan tanggapan positif terhadap keputusan Bolivia untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel. Pengumuman pemutusan hubungan ini datang sehari setelah Presiden Bolivia, Luis Arce, melakukan pertemuan dengan duta besar Otoritas Palestina di La Paz, Mahmoud Elalwani.

Pada Senin (30/10), Presiden Luis Arce menggambarkan tindakan Israel di Gaza sebagai “kejahatan perang.” Meskipun demikian, pemerintah Bolivia tidak secara eksplisit menyebut serangan yang dilakukan oleh Hamas terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober.

Menyikapi keputusan pemerintah Bolivia, Hamas merilis pernyataan yang menyambut baik langkah tersebut. Hamas juga mengundang negara-negara Arab yang telah “menormalisasi hubungan mereka dengan Israel” untuk mengikuti jejak Bolivia dengan tindakan serupa, sebagaimana dilaporkan oleh kantor berita AFP.

Kolombia dan Cile Menarik Duta Besar untuk Israel sebagai Tindakan Protes

Pada malam Selasa (31/10), Presiden Kolombia, Gustavo Petro, mengumumkan bahwa ia telah memutuskan untuk menarik duta besar negaranya untuk Israel, Margarita Eliana Manjarrez Herrera. Dalam pernyataan yang dipublikasikan melalui saluran berita X, Gustavo Petro menyampaikan, “Saya telah memutuskan untuk memanggil duta besar kami di Israel untuk berkonsultasi. Jika Israel tidak menghentikan pembantaian terhadap rakyat Palestina, kami tidak dapat mempertahankan kehadiran kami di sana.”

Selama dua dekade terakhir, sebelum kepemimpinan Gustavo Petro, Kolombia dikenal sebagai salah satu mitra utama Israel di Amerika Latin.

Di sisi lain, Presiden Cile, Gabriel Boric, juga mengumumkan pada hari yang sama melalui saluran berita X bahwa ia telah memanggil duta besar negaranya untuk Israel, Jorge Carvajal, dalam rangka berkonsultasi. Ia menyebut pemanggilan tersebut sebagai respons terhadap “pelanggaran Hukum Humaniter Internasional yang tidak dapat diterima yang dilakukan oleh Israel di Jalur Gaza.”

Lebih lanjut, Gabriel Boric mengecam dengan keras dan mengungkapkan keprihatinan mendalam terkait operasi militer yang “dalam perkembangannya melibatkan hukuman kolektif terhadap penduduk sipil Palestina di Gaza” dan yang tidak mematuhi norma-norma dasar Hukum Internasional. Ia menyoroti angka sekitar 8.000 korban warga sipil, sebagian besar di antaranya adalah perempuan dan anak-anak.

Cile juga dikenal sebagai negara yang menampung komunitas warga Palestina terbesar di luar wilayah Timur Tengah.