Niat Puasa Idul Adha dalam Bahasa Arab, Terjemahan, & Keutamaannya

Puasa Idul Adha

lavozdelpitic.com – Mendekati Hari Raya Idul Adha, disarankan bagi umat Muslim untuk menjalankan puasa. Tidak hanya pentingnya waktu pelaksanaannya, melainkan juga niat puasa Idul Adha yang diucapkan.

Puasa ini khususnya dianjurkan pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah dalam penanggalan Islam. Pada periode tersebut, terdapat banyak keistimewaan, sehingga seorang Muslim dianjurkan untuk meningkatkan amalan. Salah satu amalan yang ditekankan adalah puasa Idul Adha, berikut penjelasannya.

Jenis Puasa Idul Adha

Penting untuk dicatat bahwa puasa Idul Adha tidak hanya terbatas pada puasa Dzulhijjah. Selain itu, terdapat praktik puasa lain yang dikenal sebagai Tarwiyah dan Arafah. Pada dasarnya, ketiga bentuk puasa ini dapat dilakukan mulai dari awal bulan Dzulhijjah hingga menjelang Idul Adha.

1. Puasa Dzulhijjah

Puasa Idul Adha pertama adalah puasa Dzulhijjah. Ibadah ini dilakukan selama tujuh hari pertama bulan Dzulhijjah. Terdapat banyak keutamaan yang dapat diperoleh dengan melaksanakan puasa ini.

2. Puasa Tarwiyah

Jika Anda melewatkan puasa Dzulhijjah, alternatifnya adalah niat puasa Idul Adha lainnya, seperti puasa Tarwiyah yang dilaksanakan pada hari kedelapan bulan Dzulhijjah. Ibadah sunnah ini juga memiliki keutamaan khusus bagi mereka yang melaksanakannya.

3. Puasa Arafah

Amalan sunnah di bulan Dzulhijjah ini dilakukan pada hari ketujuh. Jika Anda melewatkan puasa Dzulhijjah dan Tarwiyah, maka puasa ini dapat menjadi pilihan yang baik.

Puasa Idul Adha

Dalil Mengenai Puasa Dzulhijjah

Sebelum melaksanakan suatu amalan, penting untuk mengetahui dalilnya terlebih dahulu. Puasa Dzulhijjah sendiri merupakan sunnah yang dianjurkan untuk dilakukan. Hal ini merujuk pada salah satu pernyataan Rasulullah yang menyebutkan,

“Tidak ada hari di mana amal sholeh lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari ini, yaitu 10 hari pertama Dzulhijjah. Para sahabat bertanya, ‘Apakah ini termasuk jihad fi sabilillah?’ Beliau menjawab, ‘Jihad fi sabilillah juga tidak, kecuali bagi seseorang yang pergi dengan dirinya dan hartanya, namun tidak kembali dengan satupun dari keduanya.’”

Puasa menjelang Idul Adha memang memberikan ganjaran besar. Bahkan, menurut hadits di atas, amalan ini lebih dicintai oleh Allah daripada jihad fi sabilillah.

Durasi dan jenis puasa ini serupa dengan puasa umumnya. Puasa Idul Adha dimulai dari fajar hingga matahari terbenam sebelum berbuka.

1. Niat Puasa Idul Adha dalam Bahasa Latin

Seperti yang telah disebutkan, puasa Idul Adha terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan waktu pelaksanaannya, yaitu puasa Dzulhijjah, Tarwiyah, dan Arafah. Meskipun niat di dalam hati sudah cukup, beberapa orang lebih suka melafalkannya.

Untuk yang ingin mengetahui lafaz niat puasa Idul Adha pada hari pertama dan kedua dalam bahasa Latin, berikut ini penjelasannya:

Niat Puasa Dzulhijjah

Harap diingat bahwa amalan di bulan Dzulhijjah dilaksanakan pada tanggal 1 hingga 7, berikut ini adalah lafal niatnya dalam bacaan Latin beserta artinya.

نَوَيْتُ صَوْمَ هٰذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ شَهْرِ ذِيْ الْحِجَّةِ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى

“Nawaitu shauma syahri dzulhijjah sunnatan lillahi ta’ala.”

Artinya:

“Saya berniat puasa sunnah bulan Dzulhijjah karena Allah ta’ala.”

2. Niat Puasa Tarwiyah

Setelah memahami niat puasa Dzulhijjah, hal yang tak kalah penting untuk dipahami adalah niat puasa Tarwiyah. Jenis puasa ini dapat menjadi alternatif bagi seorang muslim yang terlewat puasa Idul Adha di tujuh hari pertama bulan Dzulhijjah.

Bagi yang berniat puasa Tarwiyah, berikut adalah lafal dalam bahasa Arab dan terjemahannya.

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ يَوْمِ التَّرْوِيَةِ لِلهِ تَعَالَى

“Nawaitu shauma tarwiyata sunnatan lillahi ta’ala.”

Artinya:

“Saya berniat puasa sunnah Tarwiyah karena Allah ta’ala.”

3. Niat Puasa Arafah

Jika tidak memungkinkan untuk menjalankan puasa Dzulhijjah atau Tarwiyah, Anda dapat menggantinya dengan puasa pada tanggal 9 Dzulhijjah. Amalan ini disebut sebagai puasa Arafah dengan niat sebagai berikut:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ يَوْمِ عَرَفَةَ لِلهِ تَعَالَى

“Nawaitu shauma arafata sunnatan lillahi ta’ala.”

Artinya:

“Saya berniat puasa sunnah Arafah karena Allah ta’ala.”

Dikarenakan ketiga jenis puasa di atas merupakan amalan sunnah, jika terlupa menyatakan niat, Anda masih dapat melakukannya di siang atau malam hari. Pada dasarnya, puasa tetap sah selama tidak ada tindakan yang dapat membatalkannya.

Apabila ingin menyatakan niat puasa akhir Idul Adha di siang hari, berikut adalah lafalnya:

“Nawaitu shauma hadzal yaumi an ada’i syahri dzil hijjah sunnatan lillahi ta’ala.”

Artinya:

“Saya berniat puasa sunnah bulan Dzulhijjah hari ini karena Allah ta’ala.”

Puasa Idul Adha

Keutamaan Puasa Idul Adha

Menghadapi Hari Raya Idul Adha, disayangkan apabila umat Muslim tidak mengamalkan perbuatan yang telah dianjurkan. Secara prinsip, tidak seluruh jenis puasa menjelang hari raya ini harus dilakukan. Meski demikian, lebih baik apabila kita melaksanakan puasa Dzulhijjah, Tarwiyah, dan Arafah untuk mendapatkan keberkahan yang lebih besar.

Lalu, apa saja keutamaan melaksanakan puasa Idul Adha ini?

1. Telah Menjalankan Amal Saleh yang Diberkati oleh Allah

Sepuluh hari pertama Dzulhijjah merupakan periode yang diberkati, di mana berbagai amalan saleh yang dilakukan pada waktu tersebut sangat dicintai oleh Allah. Salah satu bentuk amalan tersebut adalah puasa, yang dianjurkan oleh Nabi sebagai wujud ibadah.

Percaya bahwa beramal di waktu ini mendapatkan kasih sayang Allah, penting bagi seorang Muslim untuk merayakan hari-hari menjelang Idul Adha dengan semangat dan kegembiraan.

2. Amalan yang Melebihi Keutamaan Jihad Fi Sabilillah

Meskipun berjihad di jalan Allah diakui sebagai perbuatan mulia, seorang Muslim dapat mencapai keutamaan yang setara atau bahkan lebih besar dengan memperbanyak amalan selama sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.

Khususnya, melaksanakan puasa memerlukan kemandirian untuk menahan hawa nafsu, sehingga mendatangkan pahala berlimpah dari Allah.

3. Menghapus Dosa Selama Satu Tahun

Dengan niat berpuasa Idul Adha dan melaksanakannya dengan sungguh-sungguh, seorang Muslim akan mendapatkan berkah luar biasa. Tidak dapat dipungkiri, amalan ini memiliki kekuatan untuk menghapus dosa selama satu tahun. Bagi yang memiliki kesempatan bertemu kembali dengan bulan Dzulhijjah, sebaiknya jangan lewatkan kesempatan untuk melaksanakan amalan ini.

Keutamaan ini dapat diraih jika seorang Muslim menjalankan puasa Tarwiyah. Sampaikan niat untuk amalan ini pada tanggal 8 Dzulhijjah, terutama setelah menyelesaikan puasa tujuh hari di bulan Dzulhijjah.

Puasa Idul Adha

4. Menggugurkan Dosa Dua Tahun

Banyak amal shalih yang dapat dilakukan menjelang Hari Raya Idul Adha. Balasan yang diperoleh sangat besar jika seorang Muslim niat melaksanakannya karena Allah Ta’ala. Penting untuk dicatat bahwa puasa Idul Adha tidak hanya dianjurkan bagi mereka yang sedang menjalankan ibadah haji.

Bagi umat Islam yang tidak menjalankan salah satu rukun Islam tersebut, tetap disarankan untuk melaksanakan amalan sunnah. Terutama puasa Arafah, yang dilaksanakan tepat sehari setelah puasa Tarwiyah.

Dengan demikian, puasa Arafah dijalankan pada tanggal 9 Dzulhijjah dengan keutamaan yang tak kalah besar. Tidak hanya itu, seorang Muslim akan diampuni dosanya selama dua tahun jika melaksanakan amalan ini, sesuai dengan dalil berikut:

“Puasa Asyura dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu, dan puasa Arafah dapat menghapuskan dosa selama dua tahun, setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” (HR. An Nasa’i).

5. Satu Hari Berpuasa Setara dengan Satu Tahun

Jika melewati bulan Dzulhijjah dengan penuh amalan shalih, pahala yang diperoleh akan sangat berlimpah. Pada dasarnya, ibadah di sepuluh hari pertama bulan penuh berkah ini berlipat ganda dibandingkan bulan lain.

Sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah sangat disenangi oleh Allah Ta’ala. Oleh karena itu, umat Muslim yang berpuasa di waktu tersebut akan mendapatkan ganjaran besar, di mana satu hari berpuasa setara dengan satu tahun di bulan lain.

Bukan hanya itu, pahala shalat malam saat periode ini setara dengan shalat malam Lailatul Qadar di bulan Ramadan. Penjelasan tentang keutamaan ibadah ini terdapat dalam hadits berikut:

“Tidak ada hari-hari yang lebih disukai Allah untuk beribadah selain sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, satu hari berpuasa di dalamnya setara dengan satu tahun berpuasa, satu malam mendirikan shalat malam setara dengan shalat pada malam Lailatul Qadar.” (HR At-Tirmidzi)

Dengan niat berpuasa Idul Adha karena Allah Ta’ala, akan banyak keutamaan yang diperoleh. Amalan sunnah ini dapat dilaksanakan secara fleksibel mengingat terdapat puasa Dzulhijjah, Tarwiyah, dan Arafah. Puasa Arafah, khususnya, sangat dianjurkan bagi yang tidak sedang menjalankan ibadah haji.